Jumat, 25 Mei 2018

Tahap Eksplorasi


Eksplorasi Pendahuluan

See the source image

  Dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000.  Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan batubara yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan, sebaran, struktur geologi dan sedimen, kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar 500 – 1000 meter . Pada tahap ini tingkat ketelitian informasi data masih rendah yaitu: > 2000 m . Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :


a. Studi Literatur

Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.



b. Survei Dan Pemetaan

Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.

Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).

Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum perlu dilampiri dengan beberapa peta:

- Peta lokasi/situasi

- Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000)

- Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji, pengambilan contoh batubara (skala 1:10.000)

- Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala 1:10.000)

- Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala 1:10.000)

- Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan

- Penampang sumur uji

- Penampang parit uji

- Penampang lubang bor

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.



Eksplorasi Semi Rinci
Merupakan kegiatan eksplorasi lanjutan dari tahpa sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui potensi mineralisasi di daerah prospek dengan mengetahui keadaan topologi, geologi, kondisi mineralisasi singkapan secara horizontal ( tipe, ketebalanm penyebaran, dan bentuk), kadar mineralisasi dan sumber daya tereka
Kerapatan informs
ai antara 250 m sampai < 2000 m

Eksplorasi Rinci
Setelah tahapan eksplorasi sebelumnya diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Merupakan kegiatan eksplorasi akhir yang bertujuan untuk mengetahui gambaran jelas sumber daya di daerah prospek dengan jalan mengetahui keadaan topografi, geologi kondisi bahan galian secara vertikal dan horizontal, variasi kadar sumber ndaya terukur daan terunjuk.
Tingkat kerapatan informasi data antara 50 m sampai < 250 m, peta yang dibuat berskala
1:2.000 sampai 1:500. ). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (jarak antar titik bor 200 meter), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan. Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3­Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya. Dalam tahap ini juga dilakukan studi kelayakan.        ·       

Studi Kelayakan

Merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut layak dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis dan ekonomis dengan teknologi yang ada pada saat ini, dan dengan memperhatikan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup. Bila tidak atau belum layak maka data tersebut diarsipkan.
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Eksplorasi perlu dilampiri dengan beberapa peta:

• Peta lokasi/situasi

• Peta topografi (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan batubara, sumur uji, parit uji, pemboran, dan pengambilan contoh batubara (skala 1:2.000 sampai 1:10.000) − Peta geologi daerah (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta penyebaran endapan batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta perhitungan 2 dimensi batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan kandungan sulphur (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta isopach tanah penutup (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta isopach ketebalan lapisan batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta kontur struktur (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Penampang geologi

• Penampang bor

• Penampang/sketsa singkapan batubara

• Penampang perhitungan cadangan batubara

• Fotokopi hasil analisis contoh batubara dari laboratorium

• Peta wilayah rencana peningkatan dan atau penciutan Kuasa Pertambangan

Dari uraian tentang tahapan kegiatan eksplorasi diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penyelidikan lapangan bertujuan untuk mendapatkan data tentang sifat fisik-mekanik batuan, struktur geologi dan kondisi air tanah sampai dengan kedalaman rencana penambangan. Secara spesifik harus dibuat laporan struktur geologi meliputi litologi, geometri dan kemiringan dari formasi lapisan batubara, geometri dan komposisi struktur major seperti patahan, serta domain dan orientasi dari bidang-bidang diskontinuitas. Demikian juga dengan data geoteknik terutama sifat fisik dan mekanik dari over burden, interburden, lapisan batubara dan batuan alas. Gambaran tentang data level air tanah, permeabelitas dan aliran air tanah artesis yang diperoleh pada waktu kegiatan pengeboran dan pemasangan piezometer perlu juga dibuat dalam laporan tertulis.